Lube Oil atau Minyak Pelumas dapat didefinisikan sebagai suatu bahan atau zat kimia (hydrocarbon) yang umumnya berwujud cairan yang harus berada di antara dua permukaan atau benda yang bergerak untuk mengurangi gesekan antar permukaan tersebut.
Sebagaimana diketahui bahwa pada berbagai jenis mesin dan peralatan yang sedang bergerak, akan terjadi peristiwa pergesekan antara logam yang berakibat akan terjadi peristiwa pelepasan partikel partikel dari pergesekan tersebut. Keadaan dimana logam melepaskan partikel disebut aus atau keausan. Peristiwa keausan sendiri akan sangat mempengaruhi kinerja mesin atau peralatan yang bergesek tersebut, serta memperpendek umur dari mesin atau peralatan. Disinilah pentingnya pelumasan dilakukan untuk melindungi bagian yang bergesek tersebut, dimana dengan pelumasan yang tepat dapat mengurangi keausan yang lebih parah, memperlancar kerja mesin dan memperpanjang usia dari mesin dan peralatan itu sendiri.
Klassifikasi Lube Oil
Lube Oil diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal diantaranya :
- Bahan baku untuk lube base
- Berdasarkan Wujudnya
Lube oil berasal dari beberapa bahan baku yaitu :
Mineral
yaitu berasal dari fraksi tertentu dari minyak bumi yang diambil melalui proses penyulingan (atmospheric dan vacuum) untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak tersebut.
Minyak bumi yang paling baik digunakan untuk bahan baku lube base oil adalah yang bersifat parafinik atau yang memiliki rantai karbon lurus dan jenuh. Sedangkan jenis lainnya seperti Aromatic dan naphthenic memiliki kelemahan dalam hal ketahanan terhadap suhu dan juga fungsi pelumasannya relative rendah.
Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa bahan baku untuk lube base oil yang terbaik saat ini adalah hasil dari perengkahan rantai karbon panjang dengan menambahkan hydrogen selama proses perengkahan (dikenal dengan proses hydrocracker). Lube base dari bahan ini mendapat peringkat terbaik untuk kemampuan pelumasan, ketahanan terhadap suhu rendah, ketahanan terhadap oksidasi dan yang paling rendah tingkat penguapannya. Sebagai informasi di Indonesia produksi lube base dengan bahan baku dari hydrocracker baru ada 1 pabrik yaitu di Dumai Riau. Pabrik tersebut dioperasikan oleh PT. Patra SK sebuah perusahaan patungan antara PT. Pertamina (persero) dengan SK Energy (Korea Selatan).
Hingga saat ini pelumas dengan bahan baku mineral yang paling banyak beredar di pasaran.
Bahan Baku Nabati
yaitu yang terbuat dari bahan lemak binatang atau tumbuh-tumbuhan. Sifat penting yang dipunyai pelumas nabati ini ialah bebas sulfur atau belerang, tetapi tidak tahan suhu tinggi, sehingga untuk mendapatkan sifat gabungan yang baik biasanya sering dicampur dengan bahan pelumas yang berasal dari bahan minyak mineral, biasa disebut juga compound oil.
Bahan Baku Sintetis
yaitu pelumas yang bukan berasal dari nabati ataupun mineral. Minyak pelumas ini berasal dari suatu bahan yang dihasilkan dari pengolahan tersendiri. Pada umumnya pelumas sintetik mempunyai sifat-sifat khusus, seperti daya tahan terhadap suhu tinggi yang lebih baik daripada pelumas mineral atau nabati, daya tahan terhadap asam, dll
Berdasarkan wujud atau bentuknya pelumas dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu pelumas padat dan cair. Pelumas cir di Indonesia juga dikenal dengan sebutan Oli.
Pelumas berbentuk padat contohnya adalah grease atau lebih dikenal dengan gemuk. Secara umum definisi grase adalah : pelumas yang dikentalkan dengan bahan sabun atau non sabun agar memenuhi consistency/hardness (pada pelumas cair dikenal sebagai kekentalan) tertentu.
Sebenarnya masih ada pembagian lain berdasarkan Kekentalan atau Viscosity, berdasarkan penggunaannya, namun pembagian ini lebih kepada aspek peruntukan dari pelumas itu sendiri. Hal itu akan dibahas tersendiri.
Walaupun terdapat beragam pelumas berkualitas tinggi, namun pada intinya yang menentukan mutu dan penggunaan dapat didasarkan pada 3 faktor :
1. Bahan dasar ( based oil ).
2. Teknik dan pengolahan bahan dasar dalam pembuatan pelumas.
3. Bahan bahan additif yang digunakan atau dicampurkan kedalam bahan dasar untuk mengembangkan sifat tertentu guna tujuan tertentu.
Sebenarnya base oil mempunyai segala kemampuan dasar yang dibutuhkan dalam pelumasan. Tanpa aditifpun, sebenarnya minyak dasar sudah mampu menjalankan tugas-tugas pelumasan. Namun unjuk kerjanya belum begitu sempurna dan tidak dapat digunakan dalam waktu lama.
1. Bahan dasar ( based oil ).
2. Teknik dan pengolahan bahan dasar dalam pembuatan pelumas.
3. Bahan bahan additif yang digunakan atau dicampurkan kedalam bahan dasar untuk mengembangkan sifat tertentu guna tujuan tertentu.
Sebenarnya base oil mempunyai segala kemampuan dasar yang dibutuhkan dalam pelumasan. Tanpa aditifpun, sebenarnya minyak dasar sudah mampu menjalankan tugas-tugas pelumasan. Namun unjuk kerjanya belum begitu sempurna dan tidak dapat digunakan dalam waktu lama.
Adapun parameter-parameter utama yang harus diperhatikan dalam memilih pelumas adalah:
- Viscosity atau Kekentalan,
- Viscosity Index (Indeks viskositas); merupakan kecepatan perubahan kekentalan suatu pelumas ddikarenakan adanay perubahan temperatur. Makin tinggi VI suatu pelumas, maka akan semakin kecil terjadinya perubahan kekentalan minyak pelumas meskinpun terjadi perubahan temperatur. Pelumas biasa dapat memiliki VI sekitar 100, sedang yang premium dapat mencapai 130, untuk sithetis dapat mencapai 250.
- Flash point; titik nyala suatu pelumas adalah menunjukkan temperatur kerja suatu pelumas dimana pada kondisi temperatur tsb akan dikeluarkan uap air yang cukup untuk membentuk campuran yang mudah terbakar dengan udara.
- Fire point; adalah menunjukkan pada titik temperatur dimana pelumas akan dan terus menyala sekurang-kurangnya selama 5 detik.
- Pour point; merupakan titik temperatur dimana suatu pelumas akan berhenti mengalir dengan leluasa.
- Cloud point; keadaan dimana pada temperatur tertentu maka lilin yang larut di dalam minyak pelumas akan mulai membeku.
- Aniline point; merupakan pentunjuk bahwa minyak pelumas tertentu sesuai sifat-sifatnya dengan sifat-sifat karet yang digunakan sebagai seal dan slang. Hal ini ditetapkan sebagai temperatur dimana volume yang sama atau seimbang dari minyak pelumas adan aniline dapat dicampur
- Neutralisation Number or Acidity; merupakan ukuran dari alkali yang diperlukan untuk menetralisir suatu minyak Makin tinggi angka netralissasi maka akan semakin banyak asam yang ada. Minyak yang masih baru tidak mengandung asam bebas dan acidity numbernya dapat kurang atau sama dengan 0,1. Sedangkan pelumas bekas, akan mengandung acidity number yang lebih tinggi.
- Ash; Apabila pelumas habis terbakar maka akan terbentuk abu (ash) atau abu sulfat. Hal ini berhubungan dengan pengukuran kemurnian suatu pelumas.
merupakan ukuran kecepatan bergerak atau daya tolak suatu pelumas untuk
mengalir. Pada temperatur normal, pelumas dengan viscosity rendah akan
cepat mengalir dibandingkan pelumas dengan viscosity tinggi. Biasanya
untuk kondisi operasi yang ringan, pelumas dengan viscosity rendah yang
diajurkan untuk digunakan, sedangkan pada kondisi operasi tinggi
dianjurkan menggunakan pelumas dengan viscosity tinggi
No comments:
Post a Comment