Minyak bumi atau Crude Oil merupakan senyawa hydrocarbon. Rantai karbon yang menyusun minyak bumi memiliki jenis yang beragam dan tentunya dengan sifat dan karakteristik masing-masing. Sifat dan karakteristik dasar minyak bumi inilah yang menentukan perlakuan selanjutnya bagi minyak bumi itu sendiri pada pengolahannya. Hal ini juga akan mempengaruhi produk yang dihasilkan dari pengolahan minyak tersebut.
Berdasarkan gugus senyawa karbon, senyawa yang terdapat dalam minyak bumi terdiri dari Parafin, Naphthene, Aromat, Olefin. Komposisi masing-masing senyawa tersebut tidak sama pada setiap minyak bumi. Berdasarkan sifat senyawaan itulah minyak bumi dapat dibagi menjadi:
- Parafinik, yaitu rantai hydrocarbon yang memiliki ikatan jenuh.
- Naphthenik, yaitu rantai hydrocarbon yang memiliki ikatan siklik dan jenuh
- Aromatik, yaitu rantai hydrocarbon yang memiliki ikatan siklik dan tidak jenuh
- Campuran, yaitu campuran dari ketiga sifat dasar di atas.
Pembagian di atas, didasarkan kepada jumlah jenis senyawa hydrocarbon yang dominan yang terkandung dalam minyak bumi tersebut.
Selain penggolongan berdasarkan senyawa hydrocarbon, minyak bumi juga dibagi berdasarkan berat jenis-nya. Ada yang berat, medium dan ringan. Penggolongan minyak bumi lainnya adalah berdasarkan impurities yang terkandung dalam minyak bumi (terutama sulfur). Minyak yang dikatakan sweet apabila minyak tersebut mengandung kadar sulfur yang kecil antara 0.001 – 0.3 % wt. Kadar sulfur dalam minyak bumi bisa mencapai > 3% wt.
Proses perancangan pengolahan minyak selalu didasarkan dan memperhatikan sifat minyak bumi yang akan diolah. Oleh karena itu setiap kilang minyak atau refinery hanya bisa mengolah minyak bumi yang memiliki sifat yang sama dengan dasar perancagan kilang tersebut. Minyak bumi yang tergolong berat tidak bisa diolah di kilang minyak yang dirancang untuk mengolah minyak yang tergolong ringan, begitu juga sebaliknya.